Belum cukup sampai disitu. Murad dalam beberapa momentum, juga menunjukan dirinya sebagai pemimpin “bersumbu pendek” alias gampang meledak. Dia bahkan melontarkan kata-kata bunuh membunuh dalam merespon sejumlah kepala daerah yang menjadi juru kampanye saat pemilihan kepada bupati di Maluku belum lama ini. Bukti bahwa, Murad sangat lemah dalam komunikasi politik. Sejatinya, semua kontroversi Murad itu sudah menguap dari memori orang Maluku yang memiliki karakter memaafkan sangat kuat. Namun, Murad ternyata tidak berubah. Menutup akhir tahun, dia mengguncang publik Maluku lewat rekaman suaranya yang lantang meneriaki isi dalam celana para kaum hawa. Tragisnya, maki – maki Murad itu beredar tepat pada hari Ibu Nasional, saat semua orang di republik ini sedang berlomba lomba memberikan kado manis bagi Ibu mereka, atau Ibu anak anak mereka. Mungkin, Murad menganggap bahwa dia diciptakan, bukan dilahirkan. Semoga di tahun depan, Murad selalu diberikan kesehatan, dan bisa mengevaluasi konsep kepemimpinannya untuk rakyat Maluku. Gaya marah-marah dengan lontaran kalimat kontroversi sudah seharusnya ditinggalkan dengan memanfaatkan sisa jabatannyaa untuk berbuat lebih bagi negeri. Meski hanya hal kecil, tapi setidaknya bisa memberikan arti lebih agar bisa dikenang kemudian hari. Toh, Mahatma Gandhi juga sudah lama bilang, bahwa, kekuatan tidak datang dari kapasitas fisik, melainkan datang dari kemauan yang gigih. Karena kepemimpinan itu adalah amanah untuk mewujudkan cita-cita rakyat. Murad yang baik, jangan sampai kau dikenang sebagai “Gubernur Bau Kentut” alias rakyat tidak pernah merasakan kehadiranmu selama menjabat. Selamat Menyambut Natal Kristus 25 Desember 2020. Kiranya Kasih dan Sukacita Natal Menyertai Kita Semua. Dan, Selamat Tahun Baru 2021, semoga Maluku bisa bangkit dan jauh lebih baik di tahun depan yang penuh tantangan. Aamiin. (MT)