Nah, pertanyaannya, lalu di mana Maluku? Padahal, sang Gubernur, Murad Ismail
juga ada dalam lintasan yang sama. Yakni, sama-sama tokoh nasional yang memutuskan
untuk pulang kampung membangun Maluku. Murad memang salah satu pemegang posisi
penting di salah satu pasukan elit keamanan negara. Bersama Barnabas Orno sebagai
wakil, keduanya menghembuskan angin perubahan untuk melawan petahana saat itu,
Said Assagaf. Merekapun menang melawan petahana.
Sayang, Murad tidak seperti para tokoh daerah di atas. Jiwa petarungnya hanya untuk memenangkan kontestasi politik lima tahunan. Setelah itu, bisa dikatakan Murad “cuti panjang’ setelah pelantikan, meski sehari – hari dia tetap terlihat berkantor di Jalan
Pattimura Nomor 1 itu. Memang, saat kekuasaan dalam genggaman, ayah empat anak itu, lebih banyak pasif alias lemah dalam melakukan gebrakan besar untuk negeri para raja, selain hanya perang kata-kata.
Toh, publik Maluku bisa menyaksikan itu semua. Buktinya, memasuki tahun ketiga
kekuasaan, Murad yang saat maju Pilkada mengusung BAILEO sebagai slogan besar itu
nyaris tenggelam di makan zaman. Memang, namanya beberapa kali muncul dalam pemberitaan nasional dalam beberapa tahun terakhir. Namun, itu bukan karena prestasi,
melainkan manuver-menuver MBALELONYA yang kontroversi dengan motiv mencari
sensasi semata.
Dari beberapa jejak digital yang masih terekam dengan rapih, ajakan perang
melawan Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan di 2019 lalu adalah awal Murad mulai
diperbincangkan sebagai salah satu kepala daerah yang galak. Awalnya, Murad disanjung
bak pahlawan dengan suara lantangnya. Namun, ketika tekanan publik berbalik.
Murad pun menarik kata-katanya. Perang akhirnya hanya menjadi perang – perangan
saja. Gubernur berbadan besar namun terbukti bernyali Hello Kitty ini pun juga
melontarkan wacana tidak kalah kontroversi awal tahun ini. Tepatnya saat pandemi
Covid-19 mengguncang dunia. Menggunakan analisa amatiran, Murad mengungkapkan
bahwa virus mematikan asal Tiongkok akan kalah sebelum menyebar ke Indonesia Timur,
dan Maluku khususnya.
Beliau menantang Korona, beberapa suara julit netizen mengomentari sikapnya itu.
Padahal, dunia sedang panik. Semua kepala daerah bahkan sibuk melakukan
mitigasi bencana sebagai persiapan melawan pandemi mematikan. Namun, dia
tetap santai, bahkan terus santai dengan terlihat terus “bernyanyi-nyanyi” saat virus itu
mulai menyerang dan membunuh di Maluku. Jujur, soal bencana, Murad juga miskin
konsep. Ide dan gagasannya untuk membangun Maluku ternyata tidak sebesar
badannya.